Pohon buah ala kebun raya bogor koleksi Agus Sukamto

Yudi Anto

Abstract


Berjalan di halaman belakang sebuah rumah di tepi jalan raya Baru, Parung, Bogor serasa sedang menjelajahi "belantara" buah-buahan. Tepat di pintu masuk ada mamey sapote setinggi 1,5 m. Di bagian tengah biriba berumur 15 tahun digelayuti puluhan buah.

Tujuh pohon abiu berbuah bulat lonjong ditanam tersebar di beberapa sudut kebun. Itu cuma sedikit dari ratusan tanaman buah koleksi Agus Sukamto.

Hampir setiap jengkal tanah pekarangan seluas 4.500 m2 itu dipenuhi tanaman buah tropis asal lokal dan mancanegara. Satu pohon abiu Pouteria caimito asal Australia berumur 7 tahun disarati buah. Yang muda berkulit hijau; matang, kuning. Rasanya manis dan berair seperti sawo. Enam pohon abiu lain yang rata-rata setinggi 5 sampai 8 m juga memamerkan satu dua buah.

Lucuma campechiana alias Pouteria campechiana di dekat pagar masih menyisakan beberapa buah mengkal. Daging berwarna kuning tua, manis seperti ubi, tak berair, dan beraroma wangi. Sawo meksiko atau alkesa sebutan lain buah asal Amerika Selatan itu.

Lahan bekas kebun singkong itu juga ditanami buah sawo unik berkulit hijau saat muda dan keunguan menjelang masak. Sebenarnya ia asal Indonesia tapi Agus Sukamto mendapatkannya dari seorang pekebun di Hawaii. Mamey sapote, sawo raksasa berbentuk mirip pepaya, koleksi unik lainnya.

kebun buah agriculture

Paling banyak


Beragam anona merupakan koleksi terbanyak. Sebut saja Annona muricata alias sirsak sampai J. montana yang berbuah bulat dan beraroma seperti sabun. Jenis lain A. glabra yang menyebabkan gatal bila dimakan. "Namun, ia cocok untuk batang bawah," kata alumnus fakultas pertanian UGM itu. Koleksi lain A. reticulata alias malwa berwarna menarik saat matang, merah atau kuning terang. Ada juga atemoya silangan antara srikaya dan cerimoya.

Sayangnya A. cerimoya asal Pegunungan Andes belum sekalipun berbuah. Habitat di Bogor diduga tidak cocok untuk menghasilkan buah. "Mungkin kalau di daerah Cibodas, Cianjur yang lebih tinggi dari Bogor bisa," tutur Agus.

Keluarga dekat lain, biriba Rollinia deliciosa, tak pernah berhenti berbuah. Tajuk pohon berumur 15 tahun setinggi 10 m itu melebar hingga sekitar 6 m. Buah menggantung di ujung-ujung cabang. Dari satu pohon induk, kini tanaman itu sudah beranak pinak.

Sekitar 20 varietas buah mangga introduksi pun hadir di sana. Misal mangga Valencia pride dan keitt asal Florida. Ada juga hayden merah tua dari Hawaii. Dari kepulauan itu pula peraih gelar doktor dari University of Hawaii itu memboyong mangga apel asal India. Sayangnya beragam mangga itu tumbuh merana dan sulit berbuah. Bunga kerap terhempas hujan yang sering terjadi di kota Bogor. Hanya mangga apel di pekarangan depan yang sempat memamerkan buah.

Masa sekolah selama 6,5 tahun di Hawaii membuat Agus Sukamto bisa berpuas diri mengumpulkan beragam jenis buah eksotis. Begitu kembali ke Indonesia ikut pula hijrah leci hawaii yang disebut groff, sawo hawaii raksasa berdiameter 15 cm, sampai srikaya tanpa biji. Sayangnya, sejak di Indonesia tanaman itu malas berbuah.

Koleksi lain adalah cherri guava. Mitra usaha tani turut merasakan kelezatan  buah Jambu biji mungil sebesar ruas jempol orang dewasa itu rasanya asam manis. Warnanya menarik, merah terang seperti cabai besar. Daun lebih kecil daripada biasa, licin, tebal dan keras. "Di Hawaii ia dianggap sebagai gulma karena pertumbuhan sangat cepat dan bandel. Dipangkas berapa kali pun muncul terus," kata peneliti di Kebun Raya Bogor itu.

Matoa irian


Buah eksotis asal negeri sendiri juga melengkapi koleksi Agus Sukamto. Salah satu yang istimewa silangan alami durian Durio zibethinus dan lai D. kutejensis. Bentuk buah seperti durian tapi warna kulit kuning dan duri lunak. Daging berwarna kuning dengan aroma kurang menyengat. Jenis itu kami temukan pula di kebun milik Norbit di Desa Antutan, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur .

Koleksi lokal lain matoa asal Irian Jaya. Oleh-oleh seorang teman yang bersekolah di provinsi Indonesia paling timur itu baru selesai berbuah. Tak seperti matoa asal Jawa yang masam, matoa irian manis. "Rasanya paduan lengkeng dan durian," tutur Agus. Di Irian Jaya harganya cukup mahal, Rp15.000/kg.

Di sebelah matoa tumbuh jambo bol berbuah merah kehitaman. Warna itu sudah kelihatan sejak buah masih pentil. Rasanya manis, renyah, dan kurang berair dibanding yang biasa. Pria berperawakan kecil itu menemukannya di kampung halaman di Gombong, Jawa Tengah. Di sana buah bernama lokal jambu tokal itu harganya 3 kali lipat jambu bol biasa.

Hobi Tanaman Hias

Penggemar ikan hias dan anggrek itu tak sekadar suka merawat tanaman buah. Ia kerap bereksperimen dengan pohon-pohon koleksinya. Di habitat asalnya matoa irian dipanen dari pohon sepelukan orang dewasa setinggi 20-an m. Lantaran sulit dipanjat, penduduk setempat memanen buah dengan cara menebang pohon. Di kebun Agus Sukamto pohon cuma berdiameter 30 cm dan tinggi 5 m.

Pohon dibuat "kontet" dengan menggunakan batang bawah matoa asal jawa. Pohon itu mulai berbuah pada umur 3 sampai 4 tahun. Matoa asal biji berumur 10 tahun di kebun sama belum pernah berbuah.

Kegemaran bereksperimen pun pernah "menelan korban". Sambungan rollinia dengan atemoya setinggi 3 m akhirnya mati.

Bagi doktor kultur jaringan itu koleksi beragam tanaman buah merupakan investasi terpendam memasuki masa pensiun. Nantinya, ia bakal "menghidupkan" kembali usaha penangkaran bibit yang terhenti. Di sana ada peluang menangguk gemerincing rupiah.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.